Sabtu, 10 Januari 2015

Teruntuk kau yang namanya tak boleh disebut

Pertama kali bertemu denganmu, aku mendeskripsikan kamu seperti seseorang yang terbuka, multitalent, pemberani, cerewet, percaya diri banget, optimis. Dan mungkin aku mendeskripsikannya dari sudut pandang terluar. Masih ingat gak kamu waktu pertama kali kita ketemu gimana? kamu nyeriwis sama aku, padahal saat itu kita baru kenal. Rasanya aku jadi iri sama kamu, ada insting sih pengen berteman denganmu. kamu masih ingat gak? waktu pinjam penggaris tapi jadi sebel sendiri karena gak berani ngomong sama aku. kenapa sih kita jadi canggung seperti ini. padahal waktu pertama kali kenal, kamu cerewet banget lho, cara berbicaramu bebas denganku. Dulu, ketika aku memasuki suasana baru, aku berharap tak kan ada kejadian yang sama seperti tahun tahun sebelumnya. Dalam artian, aku gak canggungan, dan gak terlalu perasa sama orang lain. meskipun aku orangnya sulit berbaur. Aku lebih suka bergaul dengan sedikit teman saja. terkadang aku berusaha tidak terlalu akrab, dan terlalu dekat dengan sedikit teman. Aku hanya trauma, dan aku sama sekali tidak mengerti. Aku trauma dengan banyaknya kejadian yang hampir sama, aku hanya tidak ingin melukai atau menyakiti teman. Sejujurnya, teruntuk dirimu, dalam keadaan sekarang aku sering memikirkanmu. Ketika setiap kali beranjak tidur, persepsi persepsi dari apa yang terbaca dari dirimu bermunculan. Suara suara batin saling memberikan pendapat pro dan kontra membuatku sulit tidur. tidak hanya itu juga, setiap kali aku belajar bahkan setelah aku sering bertemu denganmu, semua apa yang ku lihat dari mata hatimu memenuhi pikiranku. Tapi itu semua abstrak ( sulit ku jelaskan). Entah kenapa. Entah kenapa aku selalu memperhatikanmu. Apa benar, kamu memiliki banyak masalah dalam kehidupanmu? Benarkah itu? Terkadang, ketika aku tertidur tanpa memikirkan apapun, aku bermimpi kamu menceritakan semua permasalahanmu kepadaku sambil memelukku dan menangis. Aku juga bermimpi, kamu memiliki sedikit masalah dikelas tentang suatu hal, tapi salah satu dari temanmu yang bukan dari teman dekatmu itu membantumu. Dalam mimpi itu, aku hanya melihatmu, dan senang masih ada orang yang membantumu. Dalam mimpi itu, kebahagiaanku ketika aku menatap raut wajahmu sungguh bahagia. Aku sering bermimpi kita slalu bercanda tawa bersama, cerita cerita bersama. Aku juga bermimpi, kamu memarahiku dan mendorong, memukuliku sambil menangis tersedu-sedu. Dalam mimpi itu aku tak tega menatapmu, mungkin dalam hati hanya bisa berkata "maafkan aku". Memang sih setiap orang memiliki masalah untuk mendewasakan diri. kamu tahu gak, kenapa aku harus melakukan sikap yang dingin, cuek, menjauh darimu, angkuh, dan mungkin terlihat membuang muka. Aku minta maaf soal sikapku yang ini. Aku hanya merasa aneh saja, aneh kenapa aku harus memperhatikan setiap gerak gerikmu, terbaca setiap raut wajahmu, slalu ada rasa peduli yang sangat besar untuk membantumu. Aneh ketika aku menatap matamu, tapi aku justru menatap mata hatimu. Aku tak tega, aku merasa iba. Terkadang ada rasa untuk mengorbankan semua yang ada pada diriku untukmu. aneh kan? Aku tak ingin dikatakan berlebihan. memang ini semua berlebihan. aku memang salah, tapi bagaimana caraku untuk merubah sudut pandangku terhadapmu? memiliki teman sepertimu , aku telah melihatmu dari berbagai sudut pandang dari dirimu. Aku seolah tahu, kamu hanya terbuka pada hal hal yang bersifat umum, kamu menutupi semua kesedihanmu dengan senyum dan canda tawa yang palsu. Benarkah? jika salah, jika semua kata kata ini tak benar, berbicaralah. Karena setiap aku melihatmu atau tak sengaja menatapmu, aku merasakan kesedihan yang kamu alami. Selain itu, kepribadianmu yang abstrak dan unreadable, mengingatkanku kepada sahabatku yang telah aku lukai. Dan aku tidak ingin, jika suatu saat kita dipertemukan kembali, sikapmu berbeda kepadaku, nampak seperti orang asing, orang yang sudah tak saling kenal lagi. Aku memang bukan seperti orang kebanyakan. jangan terlalu banyak berharap dariku. terkadang, adakalanya aku tidak peka. Maka dari itu, setiap kali bertemu denganmu, Aku selalu berusaha tidak terlalu memedulikanmu. Aku hanya berusaha membohongi diri sendiri, demi kebaikan, dan berusaha menjaga keadaan agar tidak akan berubah di masa mendatang. Aku tak ingin, suatu saat ketika kita reuni, kita seperti orang yang sudah tak saling kenal lagi. Untuk saat ini, biarlah kita seperti orang asing, tidak terlalu dekat dan kenal sekedarnya. Ku harap kamu gak lupain aku ya. Aku sama sekali tidak ada niat untuk melakukan sikap sikap seperti itu terhadapmu, aku hanya tidak ingin traumaku akan kejadian waktu lalu menimpamu lagi. memang, semua orang itu gak sama. tapi kejadian kejadian seperti itu sering terjadi dengan orang orang yang tak sama. Aku pun sampai sekarang masih tak mengerti. Mengapa orang orang terlalu berharap banyak dariku? Terlalu percaya kepadaku? Terlalu dekat denganku? Aku tak luput dari banyak kesalahan. Adakalanya aku tidak peka, ada kalanya aku berbohong, ada kalanya aku sering melakukan kesalahan kesalahan. Oleh karena itu, jangan terlalu mempercayaiku, tapi percayai sekedarnya, jangan terlalu berharap banyak dariku, tapi berharap sekedarnya. Jangan terlalu dekat denganku, tapi boleh dekati aku sekedarnya. tahukan? sesuatu yang berlebihan itu tidak baik dan akan menimbulkan kekecewaan bahkan sakit hati? Aku tidak ingin itu terjadi. Aku hanya waspada dan berhati hati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar