Pada suatu hari, Seorang Anak berkata pada ibunya : “ Ibu, aku malu
sama teman-temanku, mereka memiliki ibu yang sempurna secara fisik dan
mereka bangga terhadap ibu mereka, tapi aku bu, mengapa aku memiliki ibu
yang buta.
Andai saja aku tau, aku dilahirkan oleh seorang ibu yang buta, maka aku lebih memilih untuk tidak dilahirkan”
Mendengar
kata-kata yang keluar dari mulut anaknya, sang ibu berkata : “Nak, ibu
memang buta, tetapi walaupun kamu malu dengan keadaan fisik yang ibu
miliki, ibu tetap sayang padamu nak.."
Anak menjawab : “ Bu,
semua teman-temanku selalu menghinaku, bahkan tidak ada satu perempuan
pun yang suka padaku karena melihat fisik ibu yang tidak sempurna.
Mereka takut jika kelak menikah denganku anak kami juga akan cacat, buta seperti ibu ”.
Mendengar perkataan anaknya, Sang ibu begitu terpukul dan menangis,
namun demikian Sang Ibu tetap sayang pada anaknya. tak henti-hentinya
ibu itu berdo’a untuk anaknya.
Detik berganti menit, menit berganti jam, jam berganti hari, akhirnya Si Anak menyelesaikan pendidikan S1 di Fakultas Teknik.
Betapa bangganya hati Sang ibu mendengar anaknya akan diwisuda dan
menjadi seorang Insinyur, tak sia-sia pengorbanannya selama ini dengan
berjualan di pasar untuk menyekolahkan Si Anak, tak kenal lelah Sang ibu
bekerja walaupun dalam keadaan matanya yang buta.
Sampailah
saat yang ditunggu-tunggu, saat Anaknya dan yang lainnya akan diwisuda.
Teman-teman berserta orang tuanya dan keluarga berkumpul menantikan
acara dimulai, tetapi Sang ibu sama sekali tidak diajak Anaknya untuk
menghadiri wisuda tersebut.
Akhirnya Sang ibu datang sendiri
keacara tersebut, sesampainya ditempat Anaknya akan diwisuda, betapa
bahagianya hati sang ibu mendengar nama anaknya dipanggil kedepan dengan
nilai terbaik.
Namun si Anak sangat malu terhadap teman-teman
dan kekasihnya ketika mengetahui ibunya juga hadir di acara wisuda itu,
acara yang seharusnya menurut si Anak membuatnya bahagia.
Pada saat
itu, sang ibu mendekati Si anak sambil meraba-raba wajah anaknya, lalu
kekasih Si anak bertanya : “ Siapa perempuan buta itu ?"
si Anak tidak menjawab dan hanya diam membisu.
Akhirnya sang ibu berkata bahwa dia adalah ibunya.
mendengar ibunya berkata demikian, Si Anak akhirnya pulang sebelum acara selesai dan meninggalkan ibunya sendirian.
Setelah acara selesai akhirnya sang ibu juga pulang kerumah tanpa anaknya.
Namun siapa yang tau kapan ajal akan tiba, ketika hendak menyebrang jalan sang ibu meninggal dunia.
Betapa terkejutnya si Anak ketika pihak rumah sakit mengabarkan bahwa
beberapa menit yang lalu ibunya telah meninggal akibat kecelakaan. Dan
petugas kepolisian memberikan tas yang dibawa ibunya pada saat
menghadiri wisuda, si Anak hanya diam duduk menunggu ibunya yang masih
dibersihkan dari sisa-sisa darah yang masih menempel di tubunya.
Pada saat menunggu jenazah ibunya, si Anak membuka tas kesayangan
ibunya yang lusuh dan kumal itu. Disana terdapat foto Sang ibu ketika
mengandungnya, dan betapa terkejutnya Si Anak ketika membaca sepucuk
surat yang begitu lusuh yang terdapat didalam tas ibunya.
Si Anak
membaca surat tersebut, dan didalam surat itu tertulis : “ 12 Oktober
1989, bayi mungilku yang sangat kusayangi, betapa kau sangat berharga
dihati ibu nak.
Walaupun kau buta dari lahir, tetapi ibu sangat menyayangimu, kaulah anugrah terindah yang ibu miliki.
Nak, ini adalah surat terakhir yang ibu tulis, karena besok ibu sudah
tidak bisa lagi menuliskan kata-kata diatas kertas. Karena besok ibu
akan mendonorkan kedua mata ibu untukmu nak, agar kelak kau dapat
melihat dan menikmati indahnya dunia, anugrah yang diberikan Tuhan. Nak
suatu saat jika ibu sudah tiada dan kau ingin melihat ibu, berkacalah
nak, karena dimatamu ada ibu yang selalu menemanimu”.
Airmata Si Anak pun mengalir deras, ia menyesal karena sudah terlambat bagi dirinya untuk membahagiakan ibunya.
Si Anak teringat dengan semua perbuatan yang ia lakukan terhadap
ibunya, dia hanya duduk terdiam tersimpuh di depan kaki ibunya yang
telah terbujur kaku.
Semua telah terjadi dan kini ibunya telah pergi untuk selama-lamanya.
***
“dalam hal ini mengajarkan betapa besar kasih sayang seorang ibu
terhadap anaknya, tanpa mengharapkan balasan. Ibu selalu dengan ikhlas
memberikan apapun yang dimilikinya termasuk jiwanya sendiri “
Buat Teman-teman yang sudah membaca cerita ini, Bahagiakanlah ibu mu
selagi dia masih Hidup meskipun ada kekurangan dalam Hidupnya , jangan
biar kan Ibu mu meneteskan air Mata karna Ulah mu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar